Nama saya Claudio Sagita, mahasiswa tahun kedua di University of Melbourne dengan jurusan fisiologi. Karena saya berencana untuk menjadi seorang fisioterapis di masa depan, saya memutuskan untuk mengikuti program magang di Physioactive Jakarta selama liburan universitas saya di bulan Februari lalu. Harapan utama saya dari magang ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang lingkungan kerja di salah satu klinik fisioterapi terbaik di Jakarta, serta mempelajari berbagai teknik yang digunakan oleh fisioterapis dalam menangani pasien. Saya sangat senang bisa mengatakan bahwa selama satu bulan magang, apa yang saya pelajari jauh melebihi ekspektasi saya — dan berikut alasannya:
Satu hal yang benar-benar membuat saya terkesan adalah seberapa besar komitmen Physioactive dalam membantu pasien mencapai tujuan mereka. Physioactive selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik, mulai dari resepsionis yang ramah hingga fisioterapis yang peduli dan cerdas. Mereka memperhatikan setiap detail untuk memastikan pasien merasa nyaman dan puas, seperti menyediakan minuman, camilan, hingga pakaian yang nyaman. Namun yang membuat Physioactive benar-benar istimewa dibandingkan klinik lain di Jakarta adalah kompetensi tinggi dan profesionalisme para fisioterapisnya.
Semua fisioterapis di Physioactive (Andy, Timothy, dan Nicolas) telah menempuh pendidikan dan pengalaman kerja bertahun-tahun di luar negeri seperti Australia, Belanda, dan Amerika Serikat — demi dapat menghadirkan metode terapi terbaik dan paling efektif untuk pasien. Karena itu, mereka mampu menilai dan mengidentifikasi penyebab keluhan pasien dengan lebih akurat dibandingkan banyak klinik lain, sehingga bisa memberikan perencanaan terapi dan latihan yang jauh lebih efisien.
Sebagian besar pasien di Physioactive Jakarta adalah ekspatriat dari berbagai negara. Meskipun terdapat banyak variasi kasus cedera, salah satu yang paling sering saya temui adalah cedera pada ligamen anterior cruciate (ACL). ACL adalah salah satu dari empat ligamen yang membantu menstabilkan sendi lutut dengan mencegah pergerakan berlebihan pada tulang kering (tibia). Cedera ACL biasanya terjadi karena gerakan memutar secara tiba-tiba, dan umumnya memerlukan operasi untuk mengganti ligamen yang robek menggunakan tendon atau otot dari hamstring. Jika tidak ditangani dengan benar pasca operasi, otot di sekitar paha dan lutut bisa menjadi lemah dan meningkatkan risiko cedera lanjutan.
Di Physioactive, para terapis sangat membantu dalam memfasilitasi pemulihan pasca operasi dengan memperkuat otot-otot tersebut secara bertahap. Mereka memiliki pendekatan rehabilitasi yang sistematis, seperti secara bertahap meningkatkan intensitas latihan berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Mereka juga memberikan latihan yang bisa dilakukan di rumah dan mengevaluasinya di sesi berikutnya — atau melalui aplikasi mobile bernama PhysiApp yang memungkinkan pasien memantau perkembangan mereka sendiri dan melihat latihan apa saja yang harus dilakukan jika lupa.
Meskipun saya tidak terlibat langsung dalam menangani pasien, saya belajar banyak dari mengamati dan menganalisis bagaimana para terapis menangani pasien. Dari situ, saya bisa membandingkan teknik dan metode yang digunakan di Physioactive dengan klinik-klinik lain di Jakarta, misalnya dalam penggunaan alat medis seperti ultrasound dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation). Meskipun tidak ada metode yang sepenuhnya salah atau benar selama gejala pasien tertangani, saya melihat bahwa banyak klinik lain di Jakarta cenderung sangat bergantung pada alat-alat medis tersebut. Sedangkan di Physioactive, fokus utama adalah terapi manual dan latihan untuk memastikan adanya peningkatan kekuatan dan kondisi tubuh pasien secara berkelanjutan. Berdasarkan pengamatan saya, penggunaan alat seperti TENS lebih cenderung memberikan efek plasebo, karena belum banyak bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya dalam memperkuat jaringan otot.
Perbedaan dalam keterampilan dan pendekatan inilah yang menurut saya menjadi pembeda utama Physioactive dari klinik-klinik lain di Jakarta.
Sebagai penutup, pengalaman magang saya di Physioactive Jakarta benar-benar luar biasa. Menurut saya, semangat Physioactive dalam memberikan pelayanan terbaik, fasilitas yang lengkap, serta terapis yang profesional adalah alasan mengapa mereka berada di level yang lebih tinggi dibandingkan klinik fisioterapi lainnya. Slogan mereka bahwa “kesehatan Anda berada di tangan yang ahli” benar-benar terbukti. Secara pribadi, saya sangat tersentuh dengan dukungan dan keramahan tim Physioactive selama masa magang saya — pengalaman ini semakin memotivasi saya untuk menjadi fisioterapis hebat seperti mereka. Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari Sir William Osler, salah satu pendiri Johns Hopkins Hospital, yang saya rasa sangat mencerminkan semangat tim Physioactive:
“Dokter yang baik mengobati penyakit; dokter yang hebat mengobati pasien yang memiliki penyakit.”