fbpx

Sayapun bertanya kepada diri saya sendiri waktu Mr. E datang ke klinik kami. Ia menjelaskan Yoga adalah bagian dari nafas dia selama lebih dari 25 tahun terakhir. Di usianya yang baru menginjak 50, ia merasa bahwa usia tidak bisa dibohongi lagi. Ia kesulitan mengangkat lengannya ke-depan, samping, dan menaruh tangan di belakang. Tidurnya pun acap kali terganggu karena terbangun karena rasa sakit yang datang secaratiba-tiba.

Dalam seri Studi Kasus saya akan memberi penjelasan bagaimana memformulasikan kerangka terapi yang menyeluruh. Dari proses anamnese, screening/diagnosis, treatment plan, dan manajemen cedera tersebut. Tentunya saya akan memberikan pola pikir dan logaritma saya disini.

Latar Belakang

Mr. E adalah seorang antusias yoga yang sudah berlatih selama lebih dari 25 tahun. Seperempat abad ini, ia telah mengalami cedera sebanyak 1 kali. Namun cedera bahu ini yang benar-benar menghentikan aktivitas ia tersebut. Ia adalah pasien online physiotherapy, sebuah pelayanan fisioterapi via videocall yang berfokus pada home exercises dan injury self-management dari PhysioActive.

Pada bulan Desember 2019 terjadi perubahan jadwal yang drastis sehingga latihan yoga menjadi tidak reguler. Berkenaan dengan itu, ia juga ingat sebuah insiden saat ia sedang jalan pagi bersama dengan anjingnya, dan anjing itu secara mendadak menarik bahunya dan mengakibatkan adanya luksasi pada sendi Acromioclavicular. Kadang ia berlatih sendiri, di kelas, dan dengan intensitas yang bervariasi tiap harinya.

Pada bulan Februari ia tidak berlatih sama sekali. Mr. E banyak duduk di kursi dan bekerja di depan laptop. Sampai akhirnya, cedera terjadi pada bulan Maret akhir lalu. Cederanya terjadi secara perlahan dan tanpa sepengetahuan dia. Rasa sakitnya muncul saat pergerakan dimulai dari keterbatasan dalam mengangkat lengan ke depan dan ke samping di zona 90’ s/d 110’.

Tak lama kemudian rasa sakit dan kaku muncul saat melakukan rotasi eksternal dengan kompensasi rotasi pada kolom thoracic; disamping itu juga adanya rasa sakit ke posisi tangan dibelakang punggung yang hanya mencapai level atas tulang Sacrum. Rasa kaku tumbuh dari pagi hari dan puncaknya saat sebelum tidur, ditambah dengan rasa sakit yang tidak menentu intensitasnya.

Manajemen yang Mr. E lakukan adalah dengan menempelkan hotpack, koyo cabe, dan balsam. Rasa nyeri tersebut hanya berkurang sementara.

Analisis

Terdapat 3 faktor yang dapat kita siapkan sebelum melakukan asesmen:

  1. Dimana lokasi sakitnya
  2. Struktur apa saja yang terkait
  3. Penyebab cedera

Saat proses screening diagnosis, ia memiliki painful arc pada zona 90’-110’ untuk abduction dan flexion, external rotation 10’ (dengan +10’ thoracic rotation), internal rotation tidak bisa dilakukan karena sakit. Titik sakitnya ada di Greater Tubercle, inferior dari Acromion, dan lateral border Scapulae.

Otot seperti Trapezius Descendens, Levator Scapulae, dan Scaleneus group nampak melakukan kompensasi. Hyper lordosis lumbar juga tampak, akibatnya terjadi thoracic hyper kyphosis yang berkonsekuensi pada kekakuan otot dada atau Pectoralis group. Kelemahan di Biceps Brachii juga nampak, tahukah anda bahwa otot ini merupakan salah satu stabilisator bahu? Selain itu, saat palpasi terdapat struktur acromion Mr. E tampak lebih lancip. Selain itu posisi anterior tilt scapula juga nampak.

Faktor ke-3 penyebab cedera ini yaitu inconsistency. Tendon merupakan salah satu struktur anatomi yang membutuhkan rutinitas yang konsiten dan progressive. Apabila ada ketidakseimbangan postur, maka struktur ini akan terluka dan terjadilah istilah tendinitis atau tendinopathy.

Dalam kasus ini Mr. E mengalami satu periode hiatus dalam berolah raga selama lebih dari 1 bulan. Disitu ia tidak berlatih secara rutin, pembebanan yang kurang, dan tentunya menghasilkan kondisi yang regresif. Perubahan postur juga dirasakannya. Ia menyadari postur tubuhnya yang mulai membungkuk setelah rasa sakit itu muncul.

Inisiatif melakukan riset ditengah kemurungan dan ketidakpastian adalah hal yang wajar. Dari simtom yang ia miliki muncullah Shoulder Impingement yang merupakan hasil risetnya. Namun, apakah benar?

Hypothesis

Pertama kita harus membuka dahulu apa arti impingement itu. Tentunya banyak penjelasan dan sayangnya judul patologi itu hanya menjadi junk term seperti Patellofemoral Pain. Ditambah lagi istilah ini tidak membantu treatment yang akan dijalankan.

Lokasi sakitnya bisa kita jabarkan lebih dalam. Tujuannya untuk mengetahui lokasi spesifik dari rotator cuff tendon yang cedera—apakah sisi luar atau sisi bawah.

a. Bursal Sided: impingement tradisional yang mengakibatkan terjepitnya bursa antara acromion dan rotator cuff.

b. Articular Sided: impingement internal atau dibawah rotator cuff; biasanya terjadi pada tendon Supraspinatus dan/atau Infraspinatus.

Keduanya memiliki metode assessment yang berbeda namun ada kesamaan yaitu kita akan selalu menjepit struktur bahu kita. Namun yang perlu dicatat, gerakan menjepit yang berlebih dapat menimbulkan cedera bahu atau suatu patologi.

Ok, kita recap semuanya. Badan bungkuk, anterior tilt scapula, painful arc, acromion lancip, ada simptom inflamasi kronis, ada hiatus dari olah raga, dan tidak bisa angkat lengan lebih dari painful arc—sounds like a tendinitis to me.

Treatment Plan

Tentunya mengurangi rasa sakit adalah prioritas utama, setelah itu memperbaiki postur scapula ke posisi netral, dan injury prevention. Therapy dimulai dengan melemaskan otot yang kaku dengan manual therapy seperti stretching, massage, maupun dry needle dapat dilakukan. Setelah itu menguatkan otot yang membantu gerakan posterior tilt scapula seperti Serratus Anterior, Trapezius Intermedius dan Ascendens, dan tak lupa Rhomboids.

Posture Awareness merupakan investasi jangka panjang, maka disarankan untuk tidak membungkukkan badan secara terus menerus. Penguatan otot interscapular, dan anterior scapular sangatlah penting.

Terapi dapat berlangsung selama 5 minggu dengan plan seminggu dua kali treatment. Pada akhir pertemuan akan dilakukan peninjauan kembali. 

 

Penutup                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Kembali menjawab pertanyaan saya diawal tadi–Bagaimana seorang yogi terkena cedera bahu? Tentu saja bisa. Saya selalu bertanya sebelum memulai. Banyak pertanyaan biasanya, kadang sulit di-rem. Tetapi yang pasti, semua orang bisa terkena cedera yang sama. Alasannya satu: inconsistency. Dikala sebuah sistem berubah, maka terjadilah sebuah masalah baru.

Bagaimana menurut anda? Tulis pendapat anda di comment box bawah!

CategoryTak Berkategori

Related Articles

© 2019 - PT Nasma Physio Active. All rights reserved.

This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.